Tuesday, June 25, 2013

ABOUT HEPATITIS A B C

Posted by deemd 7:49 AM, under | 1 comment

About Hepatitis

The word hepatitis simply means an inflammation of the liver without pinpointing a specific cause. Someone with hepatitis may:
  • have one of several disorders, including a viral or bacterial infection of the liver
  • have a liver injury caused by a toxin (poison)
  • have liver damage caused by interruption of the organ's normal blood supply
  • be experiencing an attack by his or her own immune system through an autoimmune disorder
  • have experienced abdominal trauma in the area of the liver
Hepatitis is most commonly caused by one of three viruses:
  1. the hepatitis A virus
  2. the hepatitis B virus
  3. the hepatitis C virus
In some rare cases, the Epstein Barr virus (which causes mononucleosis) also can result in hepatitis because it can cause liver inflammation. Other viruses and bacteria can cause hepatitis, including hepatitis D and E, chickenpox, and cytomegalovirus (CMV).

Hepatitis A

Hepatitis A (also called infectious hepatitis) is a common form of hepatitis in children. It's caused by the hepatitis A virus (HAV), which is present in the stool (feces or poop) of infected people. Infected stool might be found in small amounts in food and on objects (such as doorknobs and diapers). Hepatitis A can remain in the stool for several months after the initial illness, especially in younger babies and children.
HAV is spread:
  • when someone ingests anything contaminated with HAV-infected stool (making it easy for the virus to spread in overcrowded, unsanitary living conditions)
  • in water, milk, and foods (especially shellfish)
Because hepatitis A can be a mild infection, particularly in children, some people might not know that they've had it. HAV can cause prolonged illness for up to 6 months, but usually only causes short-lived, mild illness. It does not cause chronic liver disease. In milder cases, symptoms may be similar to a stomach virus (with vomiting and diarrhea).

Hepatitis B

Hepatitis B (also called serum hepatitis) is caused by the hepatitis B virus (HBV). HBV can cause a wide range of symptoms, from a mild illness and general feeling of being unwell to more serious chronic liver disease that can lead to liver cancer.
HBV spreads through:
  • infected body fluids, such as blood, saliva, semen, vaginal fluids, tears, and urine
  • a contaminated blood transfusion (this is uncommon in the United States)
  • shared contaminated needles or syringes for injecting drugs
  • sexual activity with an HBV-infected person
  • transmission from HBV-infected mothers to their newborn babies

Hepatitis C

The hepatitis C virus (HCV) is spread by direct contact with an infected person's blood. Symptoms can be very similar to those of hepatitis A and B. However, infection with HCV can lead to chronic liver disease and is a leading reason for liver transplantation in the United States. Chronic HCV infection is also associated with liver cancer.
HCV is more common in adults than in children. In kids, it's often acquired through transmission from a mother to her newborn. It also can be spread by:
  • sharing drug needles and intranasal drug use (snorting drugs)
  • getting a tattoo or body piercing with unsterilized tools
  • blood transfusions or organ transplants (especially before 1992; since then the U.S. blood supply and donated organs have been routinely screened for hepatitis C)
  • sexual contact (although this is less common)
  • hemodialysis (especially before 1990)
Rarely, people living with an infected person can contract HCV by sharing items that might contain that person's blood, such as razors, toothbrushes, or scissors.

Diagnosis

All of these viral hepatitis conditions can be diagnosed through blood tests.
Liver function tests might be used to determine how well the liver is working or if it is damaged. Sometimes, a liver biopsy (the removal of a small liver tissue sample for examination) is done to further check for organ damage. A liver biopsy also can help doctors choose the best treatment.
Ultrasounds or CAT scans can check for any progression to cancer, particularly in chronic HBV and HCV infection.

 taken from : http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/hepatitis.html#a_Hepatitis_C

Thursday, June 20, 2013

GULA REDUKSI

Posted by deemd 11:41 PM, under | No comments


Cara penentuan Gula Reduksi Munson-Walker | Uji Karbohidrat
Cara penentuan Gula Reduksi cara Munson-Walker. Penentuan gula reduksi cara Munson-Walker dipakai untuk penentuan glukosa, fruktosa, gula invert, laktosa monohidrat dalam bahan yang baik bahan pangan yang tidak mengandung sakarosa ataupun bahan pangan yang mengandung sakarosa.
Penentuan gula reduksi Munson-Walker adalah penentuan gula reduksi yang didasarkan atas banyaknya endapan Cu2O yang terbentuk. Jumlah Cu2O ditentukan dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:
  1. Secara gravimetris, yaitu dengan menimbang langsung endapan Cu2O yang terbentuk
  2. Secara volumetris, yaitu dengan titrasi menggunakan larutan Na-thiosulfat atau K-permanganat
Setelah jumlah Cu2O ditentukan lalu gunakan tabel Hammond untuk mengetahui jumlah gula reduksi yang terkandung dalam bahan tersebut.  Dalam penentuan Gula Reduksi cara Munson-Wakler ada tiga langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah dalam menentukan gula reduksi cara Munson-Walker adalah sebagai berikut:
src: Prosedur analisa untuk bahan makanan & pertanian ed III – Text Book
Anda sedang membaca artikel Cara penentuan Gula Reduksi Munson-Walker | Uji Karbohidrat jika ingin menautkan artikel Cara penentuan Gula Reduksi Munson-Walker | Uji Karbohidrat permalinknya adalah http://kamusq.blogspot.com/2012/09/cara-penentuan-gula-reduksi-munson.html
Terima Kasih sudah membaca Cara penentuan Gula Reduksi Munson-Walker | Uji Karbohidrat Semoga artikel Cara penentuan Gula Reduksi Munson-Walker | Uji Karbohidrat ini bermanfaat untuk Anda semua. Amin


Analisa Gula Reduksi (Sudarmadji dkk, 2007)

Kadar gula reduksi ditetapkan dengan menggunakan cara spektrofotometri, metode Nelson-Somogyi.



Reagensia
a.    Reagensia Nelson:
Reagensia Nelson A: larutkan 12,5 g Natrium karbonat anhidrat, 12,5 g garam Rochelle, 10 g Natrium bikarbonat dan 100 g Natrium sulfat anhidrat dalam 350 ml air suling. Encerkan sampai 500 ml.
Reagensia Nelson B: larutkan 7,5 g CuSO4.5H2O dalam 50 ml air suling dan tambahkan 1 tetes asam sulfat pekat.
Reagensia Nelson dibuat dengan cara mencampur 25 bagian reagensia Nelson A dan 1 bagian reagensia Nelson B. Pencampuran dikerjakan pada setiap hari akan digunakan.
b.    Reagensia Arsenomolybdat
Larutkan 25 g Ammonium molybdat dalam 450 ml air suling dan tambah 25 ml asam sulfat pekat. Larutkan pada tempat yang lain 3 g Na2HAsO4.7H2O dalam 25 ml air suling, kemudian tuanglah larutan ini ke dalam larutan yang pertama. Simpan dalam botol wwarna coklat dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Reagensia ini baru bisa digunakan setelah masa inkubasi tersebut, reagensia ini berwarna kuning.
c.    Pb-asetat
Buat larutan Pb-asetat jenuh dan netralkan dengan NaOH. Untuk menghilangkan kelebihan Pb yang digunakan dalam penjernihan, tambahkan ke dalam filtrat K atau Na-oksalat anhidrat secukupnya.
d.    Aluminium hidroksida
Larutan tawas dalam air (1:20), masukkan ke dalam ammonia 10% (1 bagian tawas: 1,1 bagian ammonia 10%). Endapan yang diperoleh dibiarkan mengendap, cairan yang terdapat diatasnya dituang. Endapan ditambah air, diaduk, dibiarkan, kemudian cairan dituang lagi. Pekerjaan ini diulang kembali sampai cairannya tidak bereaksi basis. Endapannya disimpan sebagai pasta.

Pembuatan Kurva Standar
a.    Buat larutan glukosa standar (10 mg glucose anhidrat/100 ml).
b.    Dari larutan glukosa standar tersebut dilakukan 6 pengenceran sehingga diperoleh larutan glukosa dengan konsentrasi : 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/100 ml.
c.    Siapkan 7 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 1 ml larutan glukosa standar tersebut diatas. Satu tabung diisi 1 ml air suling sebagai blanko.
d.    Tambahkan ke dalam masing-masing tabung diatas 1 ml reagensia Nelson (reagensia a), dan panaskan semua tabung pada penangas air mendidih selama 20 menit.
e.    Ambil semua tabung dan segera dinginkan bersama-sama dalam gelas piala yang berisi air dingin sehingga suhu tabung mencapai 25oC.
f.     Setelah dingin tambahkan reagensia Arsenomolybdat (reagensia b), gojog sampai semua endapan Cu2O yang ada larut kembali.
g.    Setelah semua endapan Cu2O larut sempurna, tambahkan 7 ml air suling gojoglah sampai homogeny.
h.    Teralah “optical density” (OD) masing-masing larutan tersebut pada panjang gelombang 540 nm.
i.      Buatlah kurva standar yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa dan OD.

     Penentuan Gula Reduksi pada Sampel:
a.    Siapkan larutan sampel yang mempunyai kadar gula reduksi sekitar 2–8 mg/100 ml. Perlu diperhatikan bahwa larutan contoh ini harus jernih, karena itu bila dijumpai larutan contoh yang keruh atau berwarna maka perlu dilakukan penjernihan terlebih dahulu menggunakan Pb-asetat atau bubur aluminium hidroksida (reagensia c dan d).
b.    Pipetlah 1 ml larutan contoh yang jernih tersebut ke dalam tabung reaksi yang bersih.
c.    Tambahkan 1 ml reagensia Nelson, dan selanjutnya diperlakukan seperti pada penyiapan kurva standar diatas.
d.    Jumlah gula reduksi dapat ditentukan berdasarkan OD larutan contoh dan kurva standar larutan glukosa.

Wednesday, June 5, 2013

DESTILASI

Posted by deemd 11:37 PM, under | No comments

Distilasi (penyulingan) adalah proses pemisahan komponen dari suatu campuran yang berupa larutan cair-cair dimana karakteristik dari campuran tersebut adalah mampu-campur dan mudah menguap, selain itu komponen-komponen tersebut mempunyai perbedaan tekanan uap dan hasil dari pemisahannya menjadi komponen-komponennya atau kelompokkelompok komponen. Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat dikatakan pula proses penyulingan merupakan proses pemisahan komponen-komponennya berdasarkan perbedaan titik didihnya.

Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya,komposisi uap dan cairan berbeda. Uap akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan cairan akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila uap dipisahkan dari cairan, maka uap tersebut dikondensasikan, selanjutnya akan didapatkan cairan yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan lebih banyak komponen yang mudah menguap dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan. Bila kemudian cairan dari kondensasi uap tersebut diuapkan lagi sebagian,akan didapatkan uap dengan kadar komponen yang lebih mudah menguap lebih tinggi. Untuk menunjukkan lebih jelas uraian tersebut,berikut digambarkan secara skematis:
1.Keadaan awal
Mula-mula, pada cairan terdapat campuran A dan B, dimana karakteristik dari komponen-komponen tersebut adalah komponen A lebih mudah menguap (volatil) dibanding komponen B.Komposisi dari kedua komponen tersebut dinyatakan dengan fraksi mol.Untuk fase cair komponen A dinyatakan dengan xA, sedangkan komponen B dinyatakan dengan xB.
2. Campuran diuapkan sebagian, uap dan cairannya dibiarkan dalam keadaan setimbang.
3.Uap dipisahkan dari cairannya dan dikondensasi; maka didapat dua cairan,cairan I dan cairan II. Cairan I mengandung lebih sedikit komponen A (lebih mudah menguap) dibandingkan cairan II
Pada kondisi diatas, dari campuran dua komponen cairan (campuran biner) akan didapat dua cairan yang relatif murni.Hal ini dapat terlaksana,apabila beda titik didih dari kedua komponen tersebu relatif besar.Apabila perbedaan titik didih dari kedua komponen tersebut tidak terlalu jauh,maka perlu dilakukan proses penyulingan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.62.
Pada gambar 4.62 merupakan contoh alat penyuling (distillation) kontinyu (sinambung). Pada gambar tersebut terlihat pendidih ulang (reboiler) yang mendapat umpan berupa zat cair secara kontinyu yang merupakan komponen yang akan dipisahkan. Karena adanya panas yang masuk (pemanasan) pada pendidih-ulang, maka zat cair masuk akan diubah sebagian menjadi uap, dalam hal ini uap akan kaya dengan komponen yang volatil (mudah menguap).
Apabila perbedaan titik didih dari komponen tersebut relatif tinggi, maka uapnya hampir merupakan komponen murni.Akan tetapi apabila perbedaan titik didih dari komponen tersebut,tidak terlalu besar,maka uap merupakan campuran dari beberapa komponen.Kemudian uap campura tersebut dikondensasikan, kemudian zat cair hasil kondensasi,sebagian dikembalikan kedalam kolom, yang disebut dengan refluks.
Cairan yang dikembalikan tersebut (refluks) diusahakan agar dapat kontak secara lawan arah dengan uap, sehingga diharapkan hasil atas (over head) akan meningkat kemurniannya. Untuk mendapatkan kondisi tersebut (kemurnian meningkat),diperlukan uap yang banyak agar dapat digunakan sebagai refluks dan hasil atas. Kondisi tersebut harus diimbangi dengan panas yang masuk pada reboiler harus besar (ditingkatkan). Hal ini perlu dipertimbangkan, khususnya dalam rangka penghematan energi.


Dalam distilasi, fase uap yang terbentuk setelah larutan dipanasi, dibiarkan kontak dengan fase cairannya sehingga transfer massa terjadi baik dari fase uap ke fase cair maupun dari fase cair ke fase uap sampai terjadi keseimbangan antara kedua fase. Setelah keseimbangan tercapai,kedua fase kemudian dipisahkan. Fase uap setelah dikondensasikan dalam kondensor disebut sebagai distilat sedangkan sisa cairannya disebut residu.Distilat mengandung lebih banyak komponen yang volatil (mudah menguap) dan residu mengandung lebih banyak komponen yang kurang volatil.







Friday, May 31, 2013

AMATEUR PHOTOSHOP

Posted by deemd 7:24 PM, under | No comments

Tugas Photoshop KKPI AAK Nasional Surakarta






untuk mendownload file di atas klik di sini

Wednesday, May 22, 2013

BROSUR SEMINAR ANALIS KESEHATAN

Posted by deemd 8:22 AM, under | No comments


BROSUR


Untuk mendownload brosur tersebut silahkan klik di sini

Wednesday, April 3, 2013

ACIDIMETRY

Posted by deemd 8:19 PM, under | No comments


ACIDIMETRY
           
Acidimetry is the determination of acidic substances by titration. The term alkalimetry refers to the analogous basic process. Both processes are neutralization reactions, and they constitute an important part of volumetric analysis. In volumetric analysis, a solution of the substance being determined is treated with a solution of suitable reagent of exactly known concentration (standard). The standard reagent solution is added until it is equivalent to the amount of substance being determined. For the acid base reaction this equivalence is obtained when number of moles of H+ are equal to the number of moles of OH-, since
H+   +   OH- --------- > H2O
            In a typical experiment, the buret is filled with the standard solution. An indicator is added to the unknown solution in the flask. The indicator will cause a visual change in the color of the solution to signal that the end point has been reached. This process is known as a titration.

            Many acid base indicators are available. They all have different pHs at which their color will change. For some acid base titrations like the ones to be performed in this experiment, phenolphthalein can be used. Phenolphthalein exhibits a pink color in basic solutions and is colorless in acidic solutions. In this experiment you will be adding base from the buret until a fraction of the drop of the base changes color from colorless to pale pink.

Steps in performing the lab

1)      Standardization of NaOH solution using Potassium Acid Phthalate (KHP)
2)      Using standardized NaOH from the first step to determine the molarity of an unknown acid

Materials:
2-     50 mL buret
1-     50 mL Erlenmeyer flask
1-     Buret card
1- Beaker (100 ml)
Phenolphthalein indicator solution
NaOH solution
Potassium acid phthalate
Unknown acid

SAFETY AND WASTE DISPOSAL


Goggles and Aprons must be worn at all times
Inform instructor immediately if any chemical gets in the eye
Waste can go down the drain

Step: 1

Procedure: Obtain 50 mL of NaOH solution from the instructor. Clean the buret thoroughly first with DI water and then with the NaOH solution. Fill the buret with NaOH solution and note down the initial reading of the buret. Obtain a clean dry 250 mL Erlenmeyer flask and weigh out about 0.1 g of KHP into it (use a weighing paper). Add about 50 ml of DI water to the flask and shake till the KHP completely dissolves. Add two drops of phenolphthalein indicator and titrate against NaOH solution. Note the volume of NaOH needed to obtain the end point.

Data Table                                          Run 1                         Run 2

Initial Reading of buret


Final reading of buret


Volume of NaOH used


Mass of KHP



Data Processing


1)      Calculate the moles of KHP used in each run. Molar mass of KHP is
2)      Using moles of acid equals moles of base, calculate the molarity of NaOH solution
3)      Take the average molarity of both runs.

Step 2

Determination of molarity of unknown acid


Obtain a beaker containing unknown acid from your instructor and note the number down in your lab notebook. Fill the acid buret with unknown acid and transfer 5.00 ml of unknown acid to an erlenmeyer flask. Add two drops of indicator solution and set aside. Titrate with NaOH solution and note down the volume of NaOH used to reach the end point. Repeat.

Data Table                                          Run 1                         Run 2

Initial Reading of buret


Final reading of buret


Volume of NaOH used


Volume of unknown acid



Data Processing


4)      Calculate the moles of NaOH used in each run. Molar mass of NaOH is 40.0 g/mol
5)      Using moles of base equals moles of acid and the volume of unknown acid, calculate the molarity of unknown acid
Take the molarity of both runs.


taken from
http://web.fuhsd.org/kavita_gupta/website%20chemH/acidimetry.htm

9 Cara untuk mengembangkan kecerdasan emosi(EQ) anak.

Posted by deemd 7:41 PM, under | No comments




Emotional Intelligence, atau EQ, merupakan indikator nonintelektual, yang berupa sifat psikologis individu. Jika seorang anak menunjukkan sifat suka menyendiri, perilaku yang abnormal, sulit bekerja sama, memiliki perasaan rendah diri, sangat rapuh dan tidak mampu menghadapi rintangan, sering menunjukkan ketidaksabaran, egois atau kurang memiliki kestabilan emosi, semuanya mungkin saja mengindikasikan EQ yang rendah. EQ sangat penting untuk keberhasilan hidup seseorang. Oleh karena itu, bagaimana membina dan meningkatkan EQ seorang anak menjadi masalah yang sangat penting. Hal-hal berikut ini memberikan panduan tentang cara membina EQ seorang anak.


1. Mendidik anak-anak untuk bertahan dalam situasi sulit

Ada cerita nyata tentang sekelompok anak yang pergi ke gunung untuk piknik. Mereka tersesat dalam perjalanan pulang dan harus menghadapi malam dalam keadaan lapar, lelah dan penuh ketakutan. Mereka merasa tidak punya harapan dan malam itu dilalui dengan penuh air mata. Salah satu anak berkata sambil menangis: Tidak ada yang akan menemukan kita dan kita semua akan mati di sini. Namun, Evelyn yang berumur 11 tahun berdiri dan berkata dengan tegas: "Tidak! Saya tidak akan mati! Ayah saya mengatakan bahwa selama kita berjalan mengikuti aliran, aliran akan membawa kita ke sebuah sungai, yang pada akhirnya membawa kita ke sebuah kota kecil. Saya berencana untuk berjalan di sepanjang sungai, kalian boleh mengikuti saya jika mau. Dipimpin oleh Evelyn, mereka berhasil keluar dari hutan. Kepercayaan diri, keberanian dan tekad yang dimiliki oleh Evelyn bukanlah sifat bawaan, tetapi adalah hasil asuhan, pendidikan dan pengaruh keluarga.
2. Menanamkan ketahanan dan pengendalian diri

Bagaimana cara melatih anak agar mampu mengendalikan diri? Misalnya, ketika anak menghabiskan  uang saku mingguan lebih cepat dari yang seharusnya, orang tua dapat berkata: “Jika kamu berhasil menyimpan setengah jatah uangmu minggu ini, akan Ayah gandakan jumlah uang sakumu minggu depan.Jika kamu terbiasa menyimpan uang, walaupun itu hanya dalam jumlah kecil, kamu akan mampu membeli barang yang lebih besar.“

Hal yang sama juga berlaku bagi anak-anak saat menghadapi tantangan, seperti misalnya gagal ujian atau mendapat nilai tes yang buruk. Orangtua perlu mendorong anak-anak mereka untuk berusaha lebih keras dan tidak menyerah. Dengan kata lain, orang tua perlu mengajarkan mereka agar tahan dalam menghadapi rintangan.
3. Menghadapi dunia luar

Karena terlalu khawatir, banyak orangtua melarang anaknya pergi ke luar sendirian. Karena hal ini, anak-anak jadi kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dan bertemu orang baru. Ketika anak kecil melihat seseorang yang tidak ia kenal, ia mungkin akan menangis atau memilih menyendiri. Setelah tumbuh dewasa, mereka menjadi sensitif dan kurang berani untuk berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Kurang percaya diri menyebabkan mereka tidak punya banyak teman. Ketika dewasa, mereka akan sulit mencapai potensi penuh yang dimiliki serta menghadapi kesulitan berurusan dengan masyarakat. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak-anak mereka untuk memahami dunia luar. Orang tua juga harus memberikan kesempatan berinteraksi lebih banyak untuk anak-anak yang penakut. Seorang anak yang mampu menghadapi masyarakat tanpa rasa takut juga akan lebih percaya diri saat berhadapan dengan guru dan rekan-rekannya di sekolah.
4. Menumbuhkan rasa ingin tahu, kreativitas dan imajinasi

Anak-anak secara bawaan dilahirkan dengan rasa ingin tahu, sehingga, secara alami anak kecil akan tertarik menyentuh sesuatu, merasakan hal-hal dan bahkan membongkar barang-barang yang ia temui. Kadang-kadang, mereka bisa saja membuat berantakan seisi rumah. Ini adalah ekspresi dari kehausan mereka akan pengetahuan dan cara yang penting bagi mereka untuk memperoleh keterampilan baru. Dengan cara ini, mereka juga berusaha untuk memahami bagaimana sesuatu bekerja. Orang tua harus dengan sabar memenuhi rasa ingin tahu anak. Ini dapat diwujudkan dengan menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu serta menggunakan barang-barang yang mereka minati.
5. Beri anak-anak kesempatan untuk melatih cara pikir mereka

Seorang anak laki-laki tidak bisa menaiki anak tangga karena dia terlalu kecil. Dia meminta ibunya untuk mengangkatnya. Ibunya berkata: “Kamu bisa melakukannya, coba gunakan akal dan pikirkan sejenak bagaimana melakukannya.” Kemudian, anak itu punya. ide: “ Jika saya pindahkan boks mainan saya di sini, saya dapat menggunakannya untuk pijakan”. Anak itu berpikir dan berusaha memecahkan masalah berkat nasihat ibunya. Hal ini memotivasi anak untuk menciptakan solusi. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak pendekatan masalah yang bisa dilakukan selama kita mencurahkan waktu sejenak untuk memikirkannya.
6. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan

Seorang gadis yang adalah pesenam berbakat berumur 12 tahun berbicara dengan pelatih senam kelas atas. Alih-alih meminta dia menunjukkan keterampilan senamnya, pelatih memberikan empat anak panah kecil kepadanya. Pelatih kemudian meminta dia melemparkan anak panah pada target di seberang kantornya. Gadis kecil dengan takut bertanya: ”Bagaimana jika saya meleset?” Pelatih memberitahu dia: “Anda harus berpikir tentang sukses, bukan sebaliknya.” Gadis itu melemparkan anak panah satu demi satu dan akhirnya berhasil mengenai pusat sasaran. Ajarkan pada mereka untuk pertama-tama berpikir akan kesuksesan, dan bukan kegagalan.Rasa percaya diri dan sikap positif akan membimbing mereka menuju jalan keberhasilan. Orang-orang sukses pertama-tama percaya bahwa mereka dapat berhasil.
7. Menangani masalah harga diri anak

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak akan membuat kesalahan. Jangan selalu berteriak pada mereka, seperti misalnya: “Mengapa kamu tidak pernah mendengarkan!” atau “Jangan sentuh ini! Jangan sentuh itu!” Perkataan-perkataan tersebut melemahkan rasa percaya diri dan harga diri anak.

Jika mereka melakukan perbuatan nakal atau merepotkan sekali-sekali, itu bukanlah masalah yang besar. Selalu berteriak dan bereaksi dengan keras terhadap setiap hal yang anak perbuat bisa jadi lebih berbahaya dan merusak dibanding kerusakan fisik yang anda tanggung pada barang-barang anda.
8. Lebih banyak dorongan dan dukungan

Tumbuh berkembang tidak akan pernah mulus sepanjang jalan. Akan ada tawa, air mata, frustrasi, serta kegagalan. Ketika beberapa aspirasi tidak tercapai, anak-anak membutuhkan lebih banyak dorongan dan bantuan dari Anda. Jangan ikut menurunkan semangat mereka. Jaga agar mereka senantiasa merasa terdukung. Mimpi adalah bahan bakar yang memotivasi kesuksesan.
9. Tanamkan rasa hormat pada orang lain, kerjasama dan semangat kerja tim

Masyarakat adalah kelompok kolektif dan semuanya berlangsung melalui hubungan antarindividu. Itulah sebabnya kita perlu belajar untuk berkomunikasi dengan semua orang dan saling melengkapi keunggulan satu sama lain. Orang tua harus mengajarkan anak-anak mereka apa itu kerjasama yang baik. Dengan mengajarkan mereka untuk menghormati orang lain dan bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda, mereka dapat memiliki hubungan interpersonal yang lebih harmonis.

Keadaan emosional terbaik untuk anak-anak adalah kondisi yang penuh dengan kebahagiaan dan antusiasme. Ini adalah suatu keadaan di mana mereka memiliki hubungan interpersonal yang harmonis. Pada keadaan ini, mereka mengembangkan semua potensi mereka, menempatkan semua keterampilan dan bakat untuk digunakan secara penuh.

ANGKA PEROKSIDA

Posted by deemd 9:00 AM, under | No comments

Bilangan peroksida didefinisikan sebagai miliequivalen (mEq) peroksida per kg sampel. Bilangan peroksida ditentukan dengan titrasi redoks. Diasumsikan bahwa senyawa yang bereaksi di bawah kondisi uji adalah peroksida atau produk sejenis dari oksidasi lipid. Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi dan hidrolitik, baik ensimatik maupun non-ensimatik. Di antara kerusakan minyak yang mungkin terjadi ternyata kerusakan karena autooksidasi yang paling besar pengaruhnya terhadap cita rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain peroksida, asam lemak, aldehid dan keton. Bau tengik atau ransid terutama disebabkan oleh aldehid dan keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak dapat dinyatakan sebagai angka peroksida atau angka asam thiobarbiturat (TBA) (Sudarmadji et. al., 1989).
 Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas yang  terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau
tengik
sumber : http://www.freedamnload.blogspot.com